NewsTips

Bertaruh Pada Streaming Legal dan Ilegal

39
×

Bertaruh Pada Streaming Legal dan Ilegal

Share this article
Photo by Pexels.com
Photo by Pexels.com

Jika ditanya, kamu hobinya apa? mungkin menonton jadi jawaban klasik yang paling gampang keluar dari mulut kita. Apalagi sepertinya menonton bukan lagi termasuk kegiatan yang mewah yang hanya dapat dilakukan di waktu dan oleh orang-orang tertentu saja. Dimanapun dan kapanpun, menonton baik film, series, ataupun jenis-jenis konten lainnya bisa dilakukan dengan mudah semenjak perkembangan smartphone dan gadget tumbuh berkembang pesat. Dibandingkan dahulu menonton film ataupun series harus dilakukan dengan effort yang lebih. Mengunjungi tempat rental film dan mencari-cari film favorit di rak rak penuh debu hingga series yang tayang setiap seminggu sekali di chanel tv tertentu.  

Seiring berjalanannya waktu kini wadah untuk menonton sudah semakin berkembang pesat. Mungkin tidak bergerak layaknya invasi virus, tapi dimulai dari munculnya era tv digital hingga kini berjamurnya platform streaming memberikan banyak pilihan bagi kaum-kamu gen-z untuk memilah opsi favorit yang mereka gandrungi. Bahkan jika diingat 10 tahun lalu orang-orang bingung mau nonton apa lagi karna keterbatasan akses dan waktu kini anak-anak muda malah bingung ingin nonton apa karena opsi-opsi itu bertumpah ruah di banyak sekali platform streamingan. 

Legal Vs Ilegal

Opsi platform yang semakin banyak tentunya membuat anak-anak muda Gen-Z pada khusunya dapat memilih preferensi sendiri akan pilihan platform berdasarkan kurasi film, series ataupun acara yang terdapat di platform streaming tersebut. Namun, terkadang beberapa film dan series favorit mereka tidak tergabung dalam satu platform streaming sendiri. Satu film di platform A dan satu series di platform B. Kalau harus langganan di setiap platform bisa buat kantong bolong pastinya. Hal ini diakali oleh orang-orang tertentu yang dengan sengaja membuat website dan link streaming illegal. Pilihan film dan series cross platform serta akses gratis jadi daya tarik pastinya. Walau ketika membuka link websitenya akan disuguhin iklan-iklan yang menjadi polusi visual serta pop up ads yang muncul entah darimana dan jumlahnya yang tidak kepalang banyaknya.   

Hal ini tampak dari masih banyaknya anak-anak muda di Medan yang masih enggan untuk berlangganan aplikasi streaming legal. Sebanyak 60.90% memilih untuk belum berlangganan berbanding 39.10% dengan yang sudah berlangganan. Walau, keengganan untuk tidak langganan bukan karena keberatan untuk membayar. Sebanyak  34.59% tidak keberatan untuk berlangganan tiap bulan di platform streaming legal. 

Honey Lio contohnya. Mahasiswa semester 5 asal universitas WBI ini menuturkan keenganan untuk langganan platform streaming legal dikarenakan jadwal kuliah yang padat, sehingga harga yang dikeluarkan untuk langganan tidak sesuai dengan waktu untuk menonton. Hal ini membuat honey yang hobi menonton Anime memilih menonton lewat link illegal yang menawarkan akes gratis. Walau honey tentunya termasuk ke dalam 63.91% yang sadar bahwasanya resiko menggunakan website streaming adalah kebocoran data. 

Di lain sisi Iqbal Keane Kembaren, mahasiswa jurusan film ISI Jogja malah menganggap langganan platform streaming legal tidak memberatkan baginya. Hal ini mungkin berkaitan dengan statusnya sebagai mahasiswa film dan sutradara yang jelas tau seluk beluk proses produksi film mulai dari pre-produksi hingga post produksi. Namun, terkadang Iqbal masih harus mencari-cari film lewat link streaming ilegal. “Tuntunan, sebagai mahasiswa film harus dapat akses film yang lebih banyak lagi. kayak film-film Edward Yang itu manalah ada di legal. film-film dokumenter yang dari jepang itu biasanya illegal” tangkasnya lewat pesan singkat yang dia kirim. Wajar saja sih, mengingat mungkin hanya segelintir orang yang mengetahui seorang auteur asal Taiwan Edward Yang (1947-2007) yang menjadi salah satu pionir pergerakan Taiwanese New Wave Cinema lewat film-film klasik antara lain Taipei Story(1985) dan A Brighther Summer Day(1991).  

Siapa yang tidak suka produk gratis? Produk-produk gratis dimanapun akan membuat kilauan mata kita bersinar benderang. Alasan membuat anak-anak muda sebanyak 34.78% memilih menonton lewat streaming ilegal. Walau ya kualitas dan resiko di belakang nanti bisa membuat banyak masalah runyam. Jadi seperti gali lubang tutup lubang. Tapi memang kurasi film yang terkadang di luar nalar jadi pemicu juga bagi sebagian orang untuk mencoba platform illegal, ya sebanyak 30.43% anak-anak muda medan tergiur lewat kurasi film yang tidak mereka temukan lewat platform legal. Kapan lagi bisa marathon drakor dari episode 1-20 hanya bermodalkan jaringan wifi tetangga.

Preferensi soal platform streaming emang balik lagi ke individu masing-masing. Kalau dikira-kira ya banyak faktor tentunya. Memang rasa untuk memenuhi rasa penasaran dan sistem yang cepat membuat kebutuhan tontonan jadi semakin banyak. Walau mungkin bagi generasi generasi Gen-Z paling tua, memori mencari film-film di kios rental dan toko-toko film serta menunggu waktu hingga seminggu lanjutan series dan drama favorit yang jadi bahan pembicaraan di sekolah tentu dirindukan sekali ya Alerizer.