News

Joki Tugas, Pahlawan atau Bentuk Kemalasan?

64
×

Joki Tugas, Pahlawan atau Bentuk Kemalasan?

Share this article
Photo by energepic.com on Pexels
Photo by energepic.com on Pexels

Fenomena joki tugas kembali menjadi isu hangat akhir-akhir ini. Dimulai dari sebuah video TikTok oleh @abigaillimuria yang mengungkap kegundahannya terhadap normalisasi bisnis dan jasa joki tugas di dunia pendidikan, membuat jasa yang seharusnya tabu ini naik ke permukaan. Beberapa orang bahkan mencibir bahwa pemberian konotasi negatif terhadap jasa joki tugas ini merendahkan pekerjaan yang mereka anggap baik dan bermoral.

Di era modern ini, penyebaran jasa joki tugas begitu masif dan mudah ditemukan, terutama dengan berkembangnya peran media sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa dan mahasiswa. Sebanyak 76,56% anak muda di Medan mengetahui jasa ini melalui platform medsos seperti Instagram, X, TikTok, dan YouTube. Dengan keyword “jasa joki” plus nama kota masing-masing, seseorang bisa dengan mudah memilih joki mana yang ingin mereka pekerjakan. Variasi harga yang terjangkau membuat jasa ini subur sebagai lahan bisnis bagi para oportunis. Bahkan, salah satu CEO jasa joki tugas sukses menjadi pembicara di universitas top di Indonesia.

Walaupun gaungnya terdengar cukup masif, anak-anak muda di Medan masih cukup ragu untuk menggunakan jasa ini. Sebanyak 67,19% anak muda Medan belum pernah menggunakan jasa ini untuk mengerjakan tugas, skripsi, atau laporan lab mereka. Mereka mungkin merasa percaya diri atas kemampuan mereka sendiri untuk mendapatkan nilai bagus, meski sebanyak 7,81% menggunakan jasa ini hanya untuk mendapat nilai bagus dan terlihat pintar.

Walaupun banyak pelajar dan mahasiswa belum pernah memakai jasa ini, terdapat kontradiksi karena sebanyak 56,25% anak muda Medan menganggap jasa ini cukup membantu, dibandingkan dengan 25% yang menganggap pekerjaan ini tidak membantu dalam perkembangan pendidikan mereka. Tentunya, banyak hal yang harus dikulik mengingat sebuah pekerjaan muncul karena adanya permintaan di lingkungan itu sendiri.

Menjamurnya jasa joki tugas ini tentunya memiliki banyak faktor. Tidak hanya karena pelajar dan mahasiswanya, tetapi juga faktor tenaga pendidik serta aturan yang diterapkan yang masih perlu ditingkatkan. Kurangnya sinkronisasi antara pelajar/mahasiswa dengan guru/dosen menjadi salah satu faktor. Gap yang tak terisi ini menjadi celah yang sukses dimanfaatkan para joki untuk mencari keuntungan dan mengisi pundi-pundi mereka.

Walaupun jasa joki ini semakin meruak, mayoritas orang masih menganggap pekerjaan ini tidak etis. Penggunaan jasa ini masih menjadi rahasia umum dan dianggap tabu baik di kalangan pelajar maupun mahasiswa. Meskipun begitu, jasa ini mungkin menjadi opsi terakhir bagi mereka yang kepepet untuk memperoleh nilai dan hasil yang mudah. Tinggal chat, kasih tema tugas, dan beres tanpa harus capek berpikir dan mencari materi sana-sini. Tapi, tulisan artikel ini tidak memakai jasa joki ya, karena penulis harus semedi 2 hari 2 malam untuk mendapatkan materi yang lebih baik dari tulisan joki.