Bayangkan sebuah kota di mana setiap sudut jalan dipenuhi kendaraan pribadi. Di tengah hiruk-pikuk mobilitas tinggi, kita seringkali terjebak dalam situasi yang menguras waktu dan tenaga, terutama saat mencari tempat parkir. Solusi inovatif kini hadir di tengah-tengah kita: sistem Parkir Barcode, yang perlahan mengubah wajah parkir konvensional menjadi lebih modern dan efisien.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 mencapai 280,73 juta. Kepadatan penduduk ini berpengaruh pada populasi kendaraan pribadi di Indonesia, yang menempati peringkat ketiga dunia dalam penggunaan kendaraan pribadi (motor). Mobilitas di era sekarang mengharuskan kita untuk bergerak cepat. Setiap ada pesan WhatsApp yang masuk dari grup atau orang terdekat, kita langsung merespons untuk pergi ke lokasi yang dituju. Naik apa? Ya, tentu saja kendaraan pribadi.
Bayangkan jika setiap kepala keluarga memiliki satu kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil, jalanan akan sangat padat dan sesak, khususnya di kota-kota besar seperti Medan. Tingginya mobilitas dengan kendaraan pribadi menciptakan berbagai pengalaman berkendara, termasuk saat memarkir kendaraan. Mulai dari mencari uang receh di dompet atau saku celana, tidak ada kembalian dari penjaga parkir, hingga penjaga parkir yang tiba-tiba lupa tugasnya membantu mengarahkan kendaraan kita.
Mungkin itu bukan alasan utama untuk membuat kebijakan baru sistem parkir dengan Barcode. Alepoll mencoba melakukan riset mengenai Parkir Barcode kepada anak muda di Kota Medan. Sebanyak 57,81% sudah familiar dengan program Parkir Barcode, yang mereka ketahui dari media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Meskipun informasi mengenai program Parkir Barcode banyak dibahas, di lapangan belum banyak yang mengunjungi tempat dengan aturan Parkir Barcode. Hanya 20,31% yang pernah mengunjunginya, dan itupun tidak terlalu sering, sebanyak 54,69% menjawab hanya kadang-kadang saja.
Penerapan program Parkir Barcode dirasa sudah efisien dibandingkan sistem parkir konvensional, dengan data sebanyak 54,69% responden Alepoll. Sebanyak 48,44% responden menjawab bahwa biaya tarif parkir tidak terlalu memberatkan mereka, namun 53,13% responden mengurangi kegiatan di tempat yang sudah menggunakan Parkir Barcode.
Saat memarkir kendaraan di tempat yang sudah memakai Parkir Barcode, masih ada rasa tidak aman ketika meninggalkannya menurut 43,75% responden. Apakah kendaraan kita benar-benar aman ketika beraktivitas? Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan terkait sistem keamanan, karena meskipun kita mungkin lebih suka Parkir Konvensional, sedikit banyak kita merasa aman saat harus memarkir kendaraan. Namun, kita tetap harus melakukan pengamatan sendiri terhadap kendaraan kita masing-masing.
Kebijakan Parkir Barcode di Kota Medan juga bisa mengubah kebiasaan berkendara yang kurang menaati rambu-rambu lalu lintas atau parkir dengan kurang tertib dan rapi. Semoga program ini bisa menjadi perubahan dan solusi untuk mengatasi kemacetan dan kesemrawutan berkendara. Semua itu dimulai dari generasi muda, bagaimana sudut pandang kita untuk melihat kebijakan ini sebagai perubahan yang bermanfaat untuk kita semua. Asal jangan diakali pakai stiker QRIS E-money kalian saja ya.