NewsSports

Ramai-Ramai Bobotoh Resign: Krisis Dukungan untuk Persib Bandung

24
×

Ramai-Ramai Bobotoh Resign: Krisis Dukungan untuk Persib Bandung

Share this article
Bobotoh & Si Jalak Harupat
Bobotoh & Si Jalak Harupat

Persib Bandung, jawara Liga 1 musim lalu, masih belum menemukan performa terbaiknya musim ini. Rentetan hasil seri membuat Maung Bandung harus bersabar bertahan di posisi ke-4 klasemen sementara Liga 1. Belum juga menemukan ritme permainan, manajemen dan tim Persib kini dihadapkan pada serangkaian kontroversi yang membuat banyak pihak mempertanyakan profesionalisme tim kebanggaan warga Jawa Barat ini.

Awal dari kontroversi tersebut bermula dari insiden pemukulan terhadap salah satu pendukung Persib oleh pemain saat pertandingan Liga Champions Asia melawan Port FC. Baru-baru ini, muncul pula kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang steward saat pertandingan panas melawan rival abadi, Persija. Rentetan insiden ini telah memicu kekecewaan di kalangan Bobotoh—salah satu fanbase terbesar Persib Bandung.

Selama dua minggu terakhir, sejumlah Bobotoh mengumumkan pengunduran diri mereka sebagai bentuk protes terhadap cara manajemen menangani kejadian-kejadian ini. Ketidakpuasan terhadap keputusan manajemen yang dinilai menutup mata terhadap berbagai masalah menjadi pemicu utama. Pemain yang dirumorkan memukul fans tidak dihukum, malah seolah-olah Bobotoh yang dipersalahkan. Di sisi lain, tindakan pelecehan yang dilakukan oknum steward memicu reaksi keras dari fans. Salah satu Bobotoh yang memukul steward setelah insiden tersebut justru dilaporkan ke kepolisian, menambah panas situasi.

Hubungan antara Bobotoh dan manajemen Persib sebenarnya sudah lama tidak harmonis. Meski sukses menjadi juara Liga 1 musim lalu, kritik tajam dari Bobotoh terhadap manajemen terus bergulir. Bobotoh merasa manajemen lebih mengutamakan aspek bisnis daripada keberlangsungan ekosistem sepak bola Persib. Tuntutan agar fasilitas latihan diperbaiki dan partisipasi fans dalam pengambilan keputusan terkait masa depan tim menjadi isu utama yang sering digaungkan.

Kasus-kasus ini semakin memperburuk hubungan tersebut, hingga manajemen Persib dianggap sebagai musuh bersama yang harus dihadapi. Klarifikasi yang dikeluarkan manajemen dirasa penuh retorika dan hanya sekadar upaya meredakan keresahan pihak sponsor dan pemberi subsidi, bukan solusi nyata bagi permasalahan yang ada.

Frasa “Created by the Poor, Stolen by the Rich” mungkin tepat menggambarkan kondisi saat ini. Persib, sebagai salah satu tim besar, tentunya mendapatkan ekspektasi lebih dari para penggemar. Kritik dan cemoohan mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari bagi pemain, pelatih, dan manajemen. Namun, sebagai tim profesional, Persib seharusnya mampu menangani kritik dengan lebih bijak. Tim sepak bola yang besar tak seharusnya bersikap seperti pemimpin negeri yang mudah tersinggung hanya karena ejekan kecil.

Hubungan antara fans dan tim haruslah saling berkesinambungan. Namun, jika sikap manajemen tidak berubah, bukan tidak mungkin Stadion Si Jalak Harupat akan terlihat kosong musim ini. Bobotoh memilih untuk menggantungkan syal mereka dan tidak lagi berteriak mendukung Sang Pangeran Biru dengan segenap jiwa. Sebaliknya, mereka bersatu untuk mendukung satu sama lain dalam upaya kolektif memperbaiki situasi.

Kini, beban ada di pundak manajemen Persib. Apakah mereka akan mendengarkan suara Bobotoh dan merubah sikap mereka, atau justru semakin menjauh dari fans yang telah setia mendukung? Hanya waktu yang akan menjawab, namun satu hal pasti—untuk kembali membirukan Bandung, Persib harus segera berdamai dengan Bobotoh.