“Halo guys, Ale di sini!” Kalimat itu mungkin sudah sering kalian dengar, ya? Kali ini, kita akan membahas tema yang berkaitan dengan teknologi dan gadget. Banyak yang bilang lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone. Memang benar, karena kita sering merasa mati gaya kalau harus sendirian tanpa HP di tangan. Atau bahkan saat kumpul bareng teman-teman, kalau lupa bawa HP, mabar game favorit jadi terhambat dan kita hanya bisa jadi komentator. Sehari-hari, kita memang tak bisa lepas dari gadget atau smartphone; bangun tidur, hal pertama yang dilakukan pasti buka chat WhatsApp dari gebetan, cek story Instagram, atau lihat Direct Message.
Kalau kita flashback beberapa tahun ke belakang, ada banyak jenis telepon seluler yang bisa kita pilih. Mulai dari yang tahan banting, bisa gonta-ganti casing dengan berbagai model dan warna, hingga yang bisa nonton TV secara offline. Dulu, kalau mau beli handphone, kita harus beli tabloid yang isinya mengulas spesifikasi dan harga dari berbagai jenis dan merek. Tentu, itu sebelum ada konten di YouTube dan berbagai media sosial lainnya.
Kemajuan teknologi dan media sosial membuat beberapa produsen handphone berhenti memproduksi, sementara yang lain tetap bertahan dengan ideologi mereka, namun tidak mampu bersaing dengan dua raksasa penguasa smartphone saat ini. Pada tahun 2007, Apple meluncurkan iPhone, smartphone yang berbeda dari yang lain karena menggunakan sistem operasi sendiri, yaitu iOS. Di sisi lain, Android, sistem operasi dari Amerika Serikat yang bisa digunakan oleh berbagai jenis dan merek smartphone, menjadi kompetitor utama, terutama di kalangan anak muda. Bahkan, muncul istilah Tim iPhone atau Tim Android.
Menariknya, kita bisa membedakan strata sosial seseorang dari smartphone yang mereka gunakan. Tidak hanya itu, kita juga bisa mengetahui kebiasaan, pergaulan, hobi, bahkan pendidikan seseorang dari gadget mereka. Dari hasil polling Alepol ke anak muda di kota Medan berusia 15-24 tahun, sebanyak 57,89% adalah pengguna Android, sementara pengguna iPhone sekitar 30,08%. Walaupun Android lebih dominan, ketika ditanya jenis smartphone yang mereka miliki saat ini, iPhone masih mendominasi dengan 32,43%, disusul oleh Samsung dengan 30,95%, dan sisanya adalah brand lain.
“Kamera iPhone lebih jernih dan tajam untuk Instagram, keamanannya juga lebih terjaga, dan fiturnya menarik,” ujar Tommy Gunawan Sinuhaji, mahasiswa 20 tahun yang sudah dua tahun menggunakan iPhone. Ia merasa desain dan fitur iPhone lebih keren. Responden lain, Ananta Finansiya, mahasiswi Psikologi di salah satu perguruan tinggi di Medan, menambahkan, “Untuk nongkrong, biasanya pakai iPhone, tapi untuk main game lebih nyaman pakai Android.” Pernyataan kedua responden ini sejalan dengan hasil polling Alepol, dimana 45,95% mengatakan bahwa iPhone lebih menunjang kehidupan sosial mereka. Selain itu, iPhone juga lebih unggul dalam pembuatan konten foto dan video, dengan 67,57% responden menggunakan iPhone untuk membuat konten.
Lalu, smartphone apa yang cocok untuk pelajar agar lebih produktif? Sebanyak 51,35% menjawab Android, mungkin karena Android berbasis Google dan terintegrasi langsung, sehingga memudahkan pelajar mencari informasi terkait pelajaran mereka. Di sisi lain, iPhone dianggap kurang mendukung produktivitas belajar. Begitu juga dengan pilihan para pelajar yang gemar bermain game; 59,46% lebih memilih Android dibandingkan iPhone. Bicara soal ekosistem dan kemudahan mengunduh aplikasi, hal itu tidak terlalu mempengaruhi pilihan mereka, meskipun tampilan iPhone lebih menarik.
Apapun smartphone kalian, pastikan untuk lebih bijak dalam pemilihan dan penggunaannya, terutama karena sekarang banyak terjadi penyalahgunaan dan penipuan yang bisa merugikan pengguna. Baik iPhone atau Android, kalian bebas memilih sesuai anggaran dan kebutuhan. Gadget boleh smart, tapi jangan sampai kita dibodohi oleh smartphone kita.